SURABAYA, semarangnews.id – Rotary Club of Surabaya Kaliasin melantik puluhan anggota baru yang terdiri dari siswa SMPN 6 Surabaya, Jumat (16/12), atau yang dikenal dengan Interact Club Of Champion Surabaya Kaliasin.
Ini merupakan kali pertama siswa siswi SMPN 6 Surabaya mendapatkan kesempatan untuk bergabung menjadi anggota muda dari organisasi sosial Rotary International.
Selain dihadiri oleh para anggota rotary, kepala sekolah, guru, dan siswa, turut hadir pula Rotary District Governor 3420 (wilayah Indonesia Timur) Cindy Bachtiar.
Menurut Cindy dalam sambutannya, Rotary memiliki beberapa area fokus kegiatan, salah satunya pendidikan.
“Kalian anak-anaku harus berbangga, karena dapat kesempatan untuk menjadi anggota Rotarian muda yang berprestasi dan berkesempatan membantu sesama utamanya di bidang pendidikan,” ungkap Cindy.
Kita disini, lanjut Cindy, semua sama, Bhineka Tungggal Ika, tidak membedakan ras, agama, suku maupun status sosial dan pekerjaan. “Kita hadir untuk melayani masyarakat membantu saudara saudara kita yang mengalami kesulitan,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Sekolah SMPN 6 Surabaya, Ahmad Syahroni mengatakan dirinya sangat bangga anak didiknya terpilih menjadi anggota Rotary muda berprestasi.
“Kegiatan yang berkesan untuk anak didik sebagai pengembangan dan motivasi generasi penerus yang peduli dengan lingkungan serta sosial. Dan tentunya kami akan menjalankan amanah ini dengan baik,” ujar Ahmad.
Ahmad juga berterimakasih kepada Rotary Club of Surabaya Kaliasin karena sebelumnya pihak Rotary telah memberikan bantuan perangkat komunikasi untuk siswa yang tidak memiliki perangkat pembelajaran daring pada saat pandemi.
Selain penyematan pin pertanda telah sah menjadi anggota Interact Club of Champion Surabaya Kaliasin, dalam kegiatan tersebut juga ditampilkan karya siswa siswi berprestasi diantaranya prestasi di bidang lingkungan hidup.
Seperti yang dilakukan oleh Areya Kesyandriya, yang melakukan pengolahan limbah organik menggunakan metode maggot, yang mempu mengurai sampah organik dengan waktu yang relatif cepat.
“Motivasi saya untuk mengembangkan maggot ini karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengolah sampah organik,” terang Areya.
Selain mampu mengurai sampah organik, maggot yang berkembang biak juga dapat dijadikan pakan ternak yang memiliki nutrisi tinggi.
“Ini maggotnya juga bisa untuk pakan ternak, dan sudah bisa saya pasarkan juga ke beberapa peternak,” jelasnya.
Areya menambahkan dalam satu tahun dirinya mampu menghasilkan dan memasarkan 1,2 ton maggot.
Selain Areya ada pula Fildza Ghasaani, yang mengolah limbah tekstil jadi pembalut ramah lingkungan. Karena limbah pembalut itu sendiri butuh waktu hingga 500 tahun untuk dapat terurai dengan baik, belum lagi resiko pencemaran kimia berbahaya.
“Kalau project ku ini, bisa membantu kaum wanita terhindar dari kanker serviks, karena terbuat dari kain yang tidak mengandung kimia, jadi tidak seperti pembalut biasa,” tutup Fildza.