SEMARANG, semarangnews.id – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menekankan pentingnya tugas pemuda penggerak ekonomi desa yang diterjunkan ke 100 desa di Jawa Tengah. Tugasnya adalah menjadi inspirator dan mendorong usaha di pedesaan menjadi lebih baik.
“Kawan-kawan ini sangat penting untuk bisa menjadi inspirator. Maka saya senang dengan jawaban lebih pintar mereka (warga). Tugasnya adalah bagaimana mendorong yang sudah pintar itu menjadi lebih baik lagi,” kata Ganjar saat berdialog dengan para pemuda penggerak ekonomi desa di Hetero Space, Banyumanik, Kota Semarang, Kamis (2/6/2022).
Total ada 200 pemuda-pemudi yang diterjunkan ke 100 desa di Jawa Tengah. Selama 10 bulan penempatan, pemuda penggerak ekonomi desa diharapkan dapat menginspirasi dan mendorong menjadi lebih baik.
Ratusan pemuda itu juga harus bisa mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi kelompok usaha serta menawarkan solusi. Proses tersebut bisa dilakukan dengan berdiskusi, memanfaatkan jejaring dan pengalaman, dan memperbanyak literatur.
“Kawan-kawan harus banyak literatur. Dari mana literatur itu didapat? Bisa dengan diskusi, dicari menggunakan gadget, menggunakan keilmuannya, metode, dan lainnya,” jelas Ganjar.
Setelah itu, pemuda penggerak ekonomi desa harus dapat meyakinkan bahwa produk dari kelompok usaha tersebut memiliki kualitas. Misal produk makanan harus meyakinkan orang bahwa makanan itu enak dan laku.
“Setelah itu promosi, meyakinkan. Teman yang harus promo harus belajar marketing. Seperti apa dan menggunakan alat apa. Hari gini yang bagus ya sosial media dan harus belajar konten kreator,” ungkapnya.
Ganjar menambahkan keberadaan usaha di desa akan mendorong desa tersebut mampu berdikari dalam bidang ekonomi. Lebih bagus lagi apabila persoalan pangan dapat dipenuhi dari hasil kampung sendiri.
“Bung Karno pernah bilang kita harus bisa berdikari dalam bidang ekonomi. Jadi kalau bisa mandiri, desa bisa menjadi kuat karena didampingi orang hebat. Kita bikin semua sendiri, kalau tidak bisa nanti dilatih, kalau kurang fasilitas minta pemerintah. Kalau tidak ngeti cara akan ada yang melatih,” katanya.
Sebelumnya, Ganjar sempat mendengarkan cerita dari Rinda Rachmawati, seorang sarjana yang mengikuti program pemuda penggerak ekonomi desa yang diinisiasi oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah itu. Rinda menceritakan pengalamannya ketika diterjunkan untuk mendampingi usaha warga di Desa Plumbon, Kebumen. Di desa tersebut sudah terdapat kelompok usaha (UMKM) dengan salah satu produk beras mutiara.
“Satu produknya, beras mutiara sudah nasional dan mendapat penghargaan dari Presiden. Tetapi ada kendala pada marketing. Pasarnya belum menggunakan digital marketing. Pembelinya cuma dari Kabupaten Kebumen saja. Masuknya di swalayan dan toko-toko,” ujar Rinda saat berdialog dengan Ganjar.
Rinda sudah mencari tahu penyebab kendala tersebut. Jawaban dari kelompok usaha adalah peralatan yang masih manual. Namun sekarang setelah menggunakan peralatan mesin penjualan juga belum maksimal. Ternyata jumlah mesin masih sedikit sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar untuk masuk ke minimarket-minimarket.
“Kami berdiskusi dengan kelompok usaha dan mereka meminta agar dibuatkan desain packaging baru. Untuk ini masih dalam proses, kami tawarkan beberapa pilihan desain,” jelasnya.
Selain berusaha mendongkrak penjualan beras mutiara, Rinda dan temannya berusaha mengangkat produk lain yang dihasilkan oleh kelompok usaha tersebut. Misalnya terkait pemanfaatan biji Jenitri untuk aksesoris yang lebih kekinian.
“Kami memanfaatkan biji Jenitri karena di sana penghasil Jenitri jadi aksesoris yang bisa digunakan untuk anak-anak zaman sekarang. Sebelumnya biji Jenitri hanya dibuat tasbih dan gelang full Jenitri. Sekarang kami kombinasikan biji Jenitri dengan barang atau bahan yang kekinian,” ungkap Rinda.