SEMARANG, semarangnews.id – Universitas Negeri Semarang (UNNES) kembali menambah jumlah Guru Besarnya. Kali ini, pengukuhan guru besar dilakukan kepada Prof Dr Nana Kariada Tri Martuti MSi, sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Lingkungan pada Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Prof Dr Nur Qudus MT IPM sebagai guru besar bidang Ilmu Teknik Keairan dan Lingkungan dan pada Fakultas Teknik (FT), dan Prof Dr Hadromi SPd MT sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Otomotif pada Fakultas Teknik.
Rektor UNNES Prof Dr Fathur Rokhman MHum dalam kesempatan ini mengatakan UNNES akan segera bertranformasi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Perubahan status kelembagaan tersebut memiliki dampak besar dalam tata kelola akademik, keuangan, dan sumber daya manusia.
“Otonomi lebih besar yang dimiliki PTN-BH dengan sendirinya membutuhkan sumber daya manusia kreatif dan inovatif yang siap berkompetisi sekaligus siap berkolaborasi di tingkat nasional dan internasional. Oleh karena itu, salah satu kriteria SDM yang dibutuhkan UNNES ke depan adalah SDM yang memiliki visi akademik yang kuat sekaligus fleksibilitas yang tinggi dalam merespons perubahan. Kita membutuhkan SDM yang memiliki inisiatif, mampu menjadi pelopor dan penggerak perubahan di lingkungannya,” jelas Prof Fathur.
Menurut Prof Fathur ada dua kriteria utama sebagai pribadi yang memiliki jiwa penggerak, yaitu (1) memiliki visi hidup yang kuat berbasis pada nilai dan (2) memiliki kebiasaan positif yang dilaksanakan secara konsisten.
Pertama, seorang penggerak biasanya memiliki visi hidup yang kuat berbasis pada nilai. Visi hidup memiliki peran penting karena mampu menuntun seseorang menentukan tujuan jangka panjang dalam hidupnya.
Selain visi, hal kedua yang selalu dimiliki para pelopor adalah konsistensi dalam menjaga kebiasaan positif.
“Visi memiliki peran sangat penting karena ia ibarat peta yang membuat kita memiliki tujuan sekaligus strategi untuk mencapainya. Peran visi demikian penting sehingga dalam Kepemimpinan Bertumbuh visi menjadi fondasi paling dasar bagi lahirnya kepemimpinan. Hampir semua pelopor, baik pelopor di bidang politik, sosial, maupun ilmu pengetahuan memiliki visi yang kuat, yaitu visi yang membuatnya melihat persoalan dari perspektif yang lebih luas,” ucap Prof Fathur.
Diakhir sambutannya, Prof Fathur menekankan pentingnya menyeleraskan visi dan kebiasaan dengan visi dan tradisi perguruan tinggi khususnya UNNES.
“Saya sangat yakin, keselerasan visi kita dengan visi lembaga berperan besar dalam meningkatkan kecemerlangan kita. Keselarasan itu pula yang insya Allah akan membuat hidup kita menjadi lebih sukses dan bermakna. Apa pun bidang dan peran yang kita geluti, ingatlah bahwa kita adalah warga Universitas Negeri Semarang yang memiliki visi menjadi Universitas Berwawasan Konservasi dan Bereputasi Internasional,” pungkasnya.
Dalam pengukuhan ini, Prof Dr Nana Kariada Tri Martuti MSi memaparkan orasi ilmiah dengan judul “Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berkelanjutan”.
Prof Dr Nur Qudus MT IPM dengan orasi ilmiah berjudul “Konservasi Sumberdaya Air dengan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan”.
Prof Dr Hadromi SPd MT dengan orasi ilmiah berjudul “Model Transformatif TPACK-COPR dalam pembelajaran pada Guru Vokasi”.
Tiga Profesor baru Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang baru saja dikukuhkan memaparkan orasi ilmiahnya, Rabu (3/8/2022) bertempat di gedung Auditorium Prof Wuryanto Kampus Sekaran.
Prof Dr Nana Kariada Tri Martuti MSi memaparkan orasi ilmiah dengan judul “Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berkelanjutan”.
Dalam paparannya, Prof Nana mengatakan Indonesia menjadi negara dengan tutupan mangrove terluas di dunia, dengan total 202 jenis tumbuhan mangrove.
“Dibalik manfaat luar biasa yang diberikan ekosistem mangrove, ancaman terhadap kelestarian mangrove yang kian nyata sebagai akibat degradasi kualitas lingkungan baik karena faktor lingkungan maupun antropogenik,” kata Prof Nana.
Untuk menjawab permasalahan itu, Prof Nana mengembangkan program konservasi kawasan pesisir melalui pengelolaan berkelanjutan.
“Melalui model kerjasama hexahelix yang mengintegrasikan program kerja enam sektor pemangku kepentingan, yaitu masyarakat, pemerintah, akademisi, perusahaan, LSM dan media dalam agenda pembangunan kesejahteraan masyarakat pesisir untuk tercapainya pembangunan berkelanjutan untuk Indonesia Emas,” tutur Prof Nana.
Dalam kesempatan yang sama, Prof Dr Nur Qudus MT IPM memaparkan orasi ilmiah berjudul “Konservasi Sumberdaya Air dengan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan”.
Menurut Prof Nur Qudus salah satu isu penting pada abad ke-21 adalah tingginya tingkat kerusakan sumberdaya alam, eksploitasi alam yang berlebihan, perubahan tata guna lahan, kerusakan hutan, dan pencemaran lingkungan yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi siklus hidrologi salah satunya banjir dan kekeringan.
“Kondisi ini memunculkan rasa kekhawatiran bagi kita semua bagaimana keadaan bumi ini pada masa yang akan datang,” jelas Prof Nur Qudus.
Menanggapi hal tersebut, Prof Nur Qudus mengatakan konsep sumberdaya air berwawasan lingkungan sangat penting dilakukan sebagai upaya melestarikan kualitas lingkungan untuk tujuan berkelanjutan demi menjaga kelangsungan hidup masa yang akan datang.
“Manajemen dan pengelolaan sumberdaya air dapat memenuhi kebutuhan makhluk hidup saat ini dengan tidak mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan sumberdaya air generasi yang akan datang,” ucap Prof Nur Qudus.
Prof Dr Hadromi SPd MT dengan orasi ilmiah berjudul “Model Transformatif TPACK-COPR dalam pembelajaran pada Guru Vokasi”. Sosok guru besar yang dimiliki Fakultas Teknik UNNES ini ahli pendidikan vokasi yang inovatif dalam bidang pendidikan vokasi.
Prof Hadromi memaparkan era pembelajaran abad 21 merupakan era digital mendorong munculnya Teknologi Informasi dan Komunikasi baru sebagai kompetensi profesional di bidang pendidikan termasuk di Sekolah vokasi.
“Kompetensi guru dalam menerapkan teknologi menjadi prasyarat penting untuk keterampilan abad 21 yang efektif. Kompetensi yang harus dimiliki guru yakni Technological, Pedagogical, dan Content Knowledge (TPACK) yang dapat memberikan peran penting dalam menjelaskan konsep dan fenomena terutama pembelajaran produktif sehingga lulusan dapat bersaing di era global,” kata Prof Hadromi.
Namun, pengembangan TPACK saja tidaklah cukup, Prof Hadromi menemukan solusinya yakni dengan menerapkan model transformatif TPACK Comprehension, Observation, Practice and Reflection atau TPACK-COPR.
Melalui TPACK-COPR secara langsung dapat mempengaruhi perilaku mengajar guru dan hasil belajar siswa. Melalui platform ini Prof Hadromi secara konkret berupaya mewujudkan modernisasi pendidikan vokasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang inovatif dan relevan.