CILACAP, semarangnews.id – Masih ingat jalan penghubung empat desa di Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap yang diresmikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Oktober 2019 lalu? Ya, jalan beton sepanjang 8 kilometer itu bukan hanya menjadi kemudahan akses transportasi, tapi juga telah mendongkrak perekonomian warga.
Jalan yang melintasi Desa Pesanggrahan, Desa Karang Jengkol, Desa Keleng dan Desa Ciwuni tersebut dibangun dari dana gotong royong. Yakni anggaran Bantuan Gubernur Rp 7 miliar, anggaran Pemerintah Pusat Rp 5 miliar dan Pemerintah Kabupaten Rp 4 miliar.
Kepala Desa Pesanggrahan, Tugiman menuturkan bahwa betonisasi jalan tersebut mampu meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Bahkan, saat ini pihaknya tengah merintis obyek wisata Kampug Durian.
“Dampaknya di perekonomian sangat meningkat. Dan, kita sedang membangun Kampung Durian, Wisata Kampung Durian karena akses jalan sudah baik, akses mudah dan nyaman,” ujarnya, Senin (8/8/2022)
Kampung Durian sendiri merupakan edukasi wisata terutama di bidang budidaya durian dan palawija yang lain. Nantinya, bagi wisatawan selain dapat belajar budidaya tanaman, juga dapat menikmati buahnya.
“Ini sedang kita rintis. Ya di lokasi kita tanami durian dan ada gazebo-gazebo,” lanjutnya.
Dikatakannya, kondisi jalan dulunya berupa aspal yang sudah rusak karena sering dilintasi truk galian C.
“Dulunya rusak, aspal rusak karena dilalui truk batu. Tapi sekarang sudah ditata bagus. Otomatis meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena untuk hasil pertanian dulu dipikul, sekarang sudah bisa pakai motor atau mobil,” paparnya.
Tokoh Masyarakat Desa Pesanggrahan, Tugiyo mengatakan bahwa dampak positif setelah betonisasi jalan tersebut adalah adanya peningkatan perekonomian yang sangat tajam.
“Dampak postifnya adalah perekonomian dalam satu tahun sangat meningkat tajam. Terlihat warung-warung muncul di pinggir jalan banyak banget. Dan juga agrowisata Kampung Durian baru rintinsan saja itu wisatawan terutama pesepeda luar biasa. Dulu mustahil bersepeda sekarang banyak yang bersepeda, cari singkong bakar, gadung goreng, dan durian kalau musim,” ungkapnya.
Selain itu, kemudahan akses jalan juga dirasakan oleh para petani di desanya. Dulu saat jalan masih rusak, petani terpaksa memikul hasil panennya untuk dijual. Namun, sekarang sudah bisa pakai kendaraan bermotor.
“ Ada 80 persen warga di sini adalah petani. Untuk mengangkut hasil panen sangat memprihatinkan yakni dipikul. Setelah jalan dibangun pikulannya hilang, dampak pembangunan jalan pengangkutan hasil pertanian mudah dan memangkas pengeluaran dari petani. Hasil bumi, sementara unggulanhya singkong, cengkeh, kelapa, makanan tradisional semacam gadung,” imbuhnya.
Kondisi tersebut, jelas Tugiyo, juga membuat harga lahan atau tanah di desanya naik drastis. Harga tanah yang dulunya hanya Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per satu ubin setara 14 meter persegi, kini naik di atas Rp 3 juta.
“Harga lahan dulu hanya Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per ubin atau 14 meter persegi, sekarang per ubin Rp 3 juta tidak boleh,” terangnya.
Begitu juga dengan pola pikir masyarakat yang berubah menjadi lebih baik setelah adanya akses jalan yang bagus.
“sangat mengubah pola pikir hidup masyarakat. Tadinya misalnya ada kamar mandi atau toilet di sebelah jalan, kini sudah tergusur jadi lebih baik dan sehat,” ucap Tugiyo.
Sementara itu, Sugiyati, warga Desa Pesanggrahan mengaku senang atas pembangunan jalan tersebut. Hal itu lantaran sangat membantu kemajuan usahanya.
“Ya pertama sangat bahagia, karena sangat berguna bagi saya untuk jualan di pinggir jalan jadi ramai. Dulu jualannya di belakang rumah sepi, karena jalan susah tidak banyak yang lewat. Sekarang banyak yang bersepeda. saya jualan mi ayam soto, gorengan. Sangat senang dan bahagia karena pendapatan sekarang naik jauh dari dulunya,” tandas Sugiyati.