BLORA, semarangnews.id – Aroma dupa menyeruak dari dalam padepokan penghayat Kekadangan Wringin Seto di puncak bukit Desa Soko, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Sabtu (13/8/2022) malam. Belasan orang berpakaian adat Jawa bersila melingkar dan nasi tumpeng dan sajian makanan berada di tengah-tengah mereka.
Di luar, grimis tipis dan dingin angin malam, tak turunkan antusiasme warga untuk turut hadir dalam Tradisi Suran, yakni ucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Tradisi ini dilaksanakan secara rutin tahunan oleh penghayat kepercayaan yang berpusat di Blora ini. Ada sekitar seribu penganut yang bermukim di Blora. Namun hampir 30 ribu penganut Wringin Seto tersebar di seluruh Indonesia. Meski tersebar, mereka menyatukan rasa pada malam Suran itu.
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya, dan doa dari enam tokoh agama, sebagai rasa syukur kepada Tuhan sekaligus simbol kerukunan antar umat beragama. Usai doa, ada royokan hasil bumi oleh kalangan anak-anak.
Selanjutnya, para sesepuh memimpin kirab yang diikuti oleh dua ribu lima ratus orang yang terdiri dari penganut penghayat Wringin Seto dan warga sekitar. Mereka melakukan kirab Garuda Pancasila dan Bendera Merah Putih, jalan kaki sekitar 300 meter dari pendapa ke lokasi pementasan wayang kulit, sebagai acara pamungkas. Di sana, ribuan warga juga telah menanti prosesi kirab tersebut.
“Ini cara ucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh Kekadang Wringin Seto yang selama ini mendapat nilai-nilai lebih diwujudkan dalam ucap syukur,” ujar Distyo, Penuntun Kekadangan Wringin Seto.
Tumpeng yang disajikan, kata Distyo merupakan simbol kebersamaan dan kerukunan. Seperti halnya dengan doa bersama oleh masing-masing agama yang ada di Indonesia.
“Seperti doa tadi, tumpeng didoakan beberapa agama itu wujud kita biar saling guyub tidak terpisahkan dengan agama A agama B, di saat ini kita buktikan bahwa kita beda tapi tetap satu. Yakni Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila,” paparnya.
Diterangkannya, Pancasila menjadi pusaka terpenting bagi ajaran Kekadangan Wringin Seto sehingga dalam lambang Garuda Pancasila dan bendera Merah Putih dikirab.
“Jadi dalam ajaran Wringin Seto ini pusaka paling hebat itu Pancasila untuk nilai kesatuan di republik indonesia ini. Ini acara rutin tahunan,” tuturnya.
Dalam Ucap Syukur tahun ini, Distyo berharap Indonesia dalam keadaan aman, damai dan terbebas dari bencana.
“Kami berharap tuhan memberikan kita berkat di Indonesia jangan sampai ada banjir. kita harus berujar kebaikan, tidak usah berujar kebencian,” imbuhnya.
Selain merayakan Suran, Kekadangan Wringin Seto juga turut mangayubagyo HUT Kemerdekaan RI ke 77 dan HUT Jateng ke 72. Mereka mengharap agar bertambahnya kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan secara khusus Kekadangan Wringin Seto juga merapal doa untuk Jawa Tengah dan Ganjar Pranowo. Menurut Distyo, berkat Ganjar banyak kemakmuran yang dirasakan warga Jawa Tengah. Menurutnya Ganjar adalah sosok pemimpin yang komplit.
“Iya, kalo ditanyakan soal Pak Ganjar, memang Pak Ganjar pilihan saya. Mau jadi apa itu pilihan saya dan pilihan kami. ini bukan politis, tapi Pak Ganjar dipercaya mampu, yang kita anggap sebagai tokoh pemimpin yang berani tidak leda lede, tegas. Bisa jadi air, api, bintang bisa mengayomi, dan menegakkan kebenaran,” terangnya.
Acara kemudian dipungkasi dengan pagelaran wayang kulit oleh Ki Nur Yanto dengan lakon Seno Mandito.