SEMARANG, semarangnews.id – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan daya kohesi masyarakat berperan penting dalam upaya menjaga kondusifitas dan kebangkitan bersama setelah dua tahun dipukul pandemi dan kondisi geopolitik dunia yang berubah. Merawat daya kohesi itu diperlukan peran dari para ulama dan tokoh agama.
“Sekarang pengajian sudah mulai banyak dan kita titip kepada Kiai untuk memberikan pesan damai, moderasi beragama, bagaimana bangkit bersama dengan gotong royong. Juru bicaranya beliau,” kata Ganjar saat menjadi keynote speaker dalam acara Focus Group Discusion (FGD) yang diselenggarakan oleh MUI Jateng di Aula Kantor Kesbangpol Jateng, Rabu (24/8/2022).
Ganjar menjelaskan, berbicara soal persatuan dan kebangsaan, saat ini masyarakat sedang dihadapkan dengan berbagai persoalan yang muncul dan saling berkaitan. Dimulai masalah ekonomi yang berdampak pada kondisi sosial. Kemudian kondisi sosial berpengaruh pada kondisi keluarga hingga pada akhirnya berujung pada depresi.
“Tapi kita musti bangkit. Nah bangkit itu musti bisa kita lakukan dengan baik. Kalau kemudian daya kohesi masyarakatnya itu berjalan bagus, seperti sekarang ini kondusif, maka problem dapat diselesaikan,” jelasnya.
Daya kohesi masyarakat itu, lanjut Ganjar, sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu. Hal itu terlihat dari adanya tradisi tolong-menolong, saling menghormati, dan tradisi kerukunan lainnya.
“Itu ada. Bahwa ada problem yang musti diselesaikan, ayo duduk. Hari ini para ulama duduk bersama, kemudian membicarakan permasalahan bangsa dan bagaimana menyelesaikan,” katanya.
Hasil duduk bersama itu, oleh para ulama dan tokoh agama kemudian disampaikan kepada umat dna komunitasnya. Pesan intinya adalah untuk saling menjaga.
“Biasanya dalam tradisi keagamaan kita, kalau kiainya sudah dawuh, manut. Maka kalau hari ini Kita Romo Kiai dan tokoh agamanya kumpul, bicara, dan bersepakat, followernya, umatnya, insyaallah akan ikut. Ini daya kohesi yang musti kita rawat. Kesbangpol ikut memfasilitasi itu,” kata Ganjar.
Ketika masyarakat sudah dapat saling menjaga dan daya kohesi menjadi kuat maka masyarakat akan menjadi baik dan senang. Dengan dampingan dan pesan dari pada tokoh agama kemudian masyarakat dapat mendukung rencana perbaikan.
“Intinya itu, sehingga jalannya lebih baik. Apakah kemudian pemerintah jalan begitu saja, tentu tidak. Maka semacam konsultasi publik dengan kelompok-kelompok masyarakat termasuk dari MUI itu menjadi begitu penting,” katanya.
FGD Pembinaan Sosial Politik tersebut menghadirkan Dewan Pertimbangan MUI Jateng Ali Mufidz, Rais Syuriah Nahdlatul Ulama Jateng Ubaidillah Shodaqoh, dan Ketua Muhammadiyah Jateng Tafsir. Juga Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah Khairuddin dan Ketua MUI Ahmad Daroji. Dalam diskusi tersebut membahas tentang merajut ukhuwah dalam bingkai kebangsaan dadi prespektif para ulama.