YOGYAKARTA, semarangnews.id – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bertemu dengan seniman Butet Kartaredjasa di kediamannya di Kembaran Tamantirto, Bantul, Yogyakarta, Minggu (16/10/2022). Ternyata di rumah itu sedang berkumpul sejumlah seniman dan budayawan. Ganjar mendapatkan sejumlah hadiah dari para seniman. Mulai dari lukisan dari Butet, buku, hingga sebuah lagu plesetan dari Encik Sri Krishna.
Ganjar mengatakan, pertemuannya dengan Butet dan sejumlah seniman di Yogyakarta itu untuk melepas rindu dan gojek kere atau ngobrol tentang banyak hal. Khususnya tentang kesenian dan kenangan saat Ganjar masih menjadi mahasiswa dan tinggal di Yogyakarta. Selain Butet, ada juga Marzuki Kill The DJ, Putu Sutawijaya, Bambang Heras, hingga Agus Noor, Encik Krishna, dan lainnya.
“Tokoh Seni, budaya, kalau kumpul musti regeng (ramai). Ngopi, musti ada makan, cerita sembarang kalir (banyak hal), gojek kere (bercanda) karena dulu saya 11 tahun di sini. Saya pengagum mereka tapi nggak kenal. Dulu kan (Butet) artis yang top, saiki ya ijek top (sekarang juga masih top), hebat. Dulu kalau lihat Butet itu keren banget, dulu kalau tampil pas Gandrik itu kakak-adik podo kenthire (sama gilanya), tampil begitu, sama bapaknya juga luar biasa. Eh sekarang boleh main ke tempatnya,” kata Ganjar usai bertemu sejumlah seniman.
Ganjar menceritakan, dalam pertemuan itu ia dan para seniman membahas tentang lukisan. Bahkan ada seniman yang secara on the spot menggambar Ganjar. Selain itu beberapa seniman juga memberikan buku karya mereka masing-masing. Ganjar juga sempat melihat berbagai koleksi lukisan di rumah Butet.
Ganjar kemudian diberikan satu gambar terbaru karya Butet Kartaredjasa. Gambar sketch dengan simbol seekor macam atau harimau yang diikat tali oleh seseorang. Menurut Butet gambar itu memiliki makna “Mengerem Keserakahan”.
“Saya dikasih sketch gambar macan dikendalikan pakai tali. Artinya mengerem keserakahan. Ini lho, seniman itu ngomong kayak gitu, ngerem keserakahan, dua kata tapi maknanya itu tinggi sekali. Ini yang buat Yogyakarta itu selalu ngangeni karena banyak petuah-petuah, sinyal-sinyal, simbol-simbol, sanepo-sanepo yang sangat filosofis. Jadi tidak semua dengan akal, tapi dengan rasa,” katanya.
Tidak hanya itu, di tengah perbincangan tiba-tiba Encik Sri Krishna ditodong untuk menyanyikan lagu Celeng Degleng. Lagu yang sempat viral beberapa tahun lalu. Namun kali ini lirik dari lagu itu diubah oleh Encik hingga membuat Ganjar dan para seniman tertawa lebar.
Berikut lirik yang dinyanyikan oleh Encik. “Banteng di mana-mana. Banteng Merajalela. Selalu bersama untuk kita semua. Ntengji, ntengbeh. Banteng siji banteng kabeh (Banteng satu banteng semua). Ganjar di mana-mana. Ganjar memang mempesona, sampai kita terpana, akhirnya harus ke sana. Njarji, njarbeh, Ganjar siji Ganjar kabeh (Ganjar satu Ganjar semua).”
Mendengar lagu yang digubah oleh Encik itu spontan semua tertawa termasuk Ganjar. Namun setelah itu Ganjar meminta Encik berhenti bernyanyi karena ia memprediksi semakin lama lagi itu akan semakin ngawur.
“Encik ini dulu kalau tidak kita tanggap itu ya makannya susah. Kemudian, puluhan tahun saya nggak pernah ketemu, lalu ketemulah dengan dia. Konser waktu itu Celeng Degleng, sudah konser. Beberapa tahun kemudian Si Celeng ini populer lagi, lha inilah orangnya. Itu saja. Lalu Kata seniman tadi, banteng siji banteng kabeh,” kata Ganjar soal Encik dan para seniman yang kompak bernyanyi dan tertawa bersama.
Butet Kartaredjasa mengatakan pertemuan antara Ganjar dan para seniman di rumahnya itu semua full gojekan (candaan). Sebab waktu itu juga semua seniman dan aktivis sedang berkumpul di rumahnya. Kedatangan Ganjar juga untuk main dan mencoba masakan dari istri Butet.
“Full gojek. Hanya bercanda karena berkumpul semua kawan-kawan seniman, aktivis. Semuanya kenal secara pribadi dengan Mas Ganjar. Jadi ini semua aktivis 98, jadi kenal betul zaman masih mahasiswa. Betul-betul bercanda, kepengin dolan karena dia tahu kalau masakan istriku itu enak. Hanya bercanda, gojek kere pokoknya,” katanya.