SEMARANG, semarangnews.id – Wakil Ketua Umum KADIN (Kamar Dagang Indonesia) Charles Saerang mengatakan, jika saat ini pengembangan industri jamu butuh perhatian dari sejumlah pihak, mulai dari pemerintah, pengusaha jamu, dan pihak terkait lainnya, tentang bagaimana jamu bisa menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia yang mampu menembus pasar dunia. Hal tersebut disampaikannya dalam perbincangan di Old Kattle Café kota Semarang, Sabtu (23/9/2023).
“Pengusaha jamu saat ini merasa ditinggalkan untuk pengembangan industri jamu, bukan aturannya. Kalau aturan selalu di bawah Kemkes, hanya saat ini bagaimana cara pengembangan jamu bisa menjadi salah satu komoditas yang sangat diperhatikan untuk dipasarkan ke dunia,” ujar Charles.
Bukan tanpa alasan Charles mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan industri jamu yang agak terhambat, utamanya dalam soal pemasaran. Menurutnya ini berdampak kepada pengusaha pembuatan jamu khususnya yang berskala kecil atau UMKM.
“Khususnya pengusaha jamu UMKM, saya melihat mestinya perkembangannya harus didorong melalui industri jamu, bukan dari Kementerian Kesehatan meski dalam undang-undang kesehatan mengatakan bahwa jamu diatur sepenuhnya di bawah kewenangan Kemkes. Nah harapan saya diadakan pertemuan khusus antara pengusaha jamu dengan pemerintah untuk mengetahui kendala apa yang dihadapi dari hulu hingga hilir,” ungkapnya.
Misalnya kualitas jahe dalam pembuatan jamu, lanjut Charles, bukan hanya soal bagaimana mengetahui regulasi tentang standar mutu jahe yang baik, melainkan juga bagaimana mengembangkan jahe tersebut menjadi potensi pasar untuk dipasarkan secara luas di pasar dunia.
Menurut Charles, saat ini aturan yang diberikan oleh pemerintah memang dirasa cukup membantu pihaknya untuk mengetahui dan memahami eksistensi dari pembuatan jamu.
“Ke depan, tidak hanya sekedar penelitian tentang jamu atau research and development jamu, tapi juga mengembangkan secara keseluruhan dan terpadu, gitu loh. Dan secepatnya para pengusaha jamu harus mengatakan bahwa kendala-kendala itu diantaranya banyak aturan pembuatan jamu yang mengikuti aturan farmasi,” jelasnya.
Di sisi lain Charles melihat, bahwa meminum jamu tidak hanya soal menjaga kesehatan, melainkan bagian dari budaya kehidupan masyarakat Indonesia.
“Minum jamu bukan sekedar untuk menjaga kesehatan, tapi meningkatkan satu trend budaya, nah budaya inilah yang mesti dikembangkan menjadi pasar yang sangat besar,” ujarnya.
Berangkat dari trend budaya tersebutl, Charles berharap jamu dapat masuk disetiap lapisan masyarakat, tidak hanya masyarakat Indonesia melainkan masyarakat dunia.
“Eksistensi jamu ini perlu didorong sehingga pasar jamu bisa berkembang ke seluruh dunia. Misalkan ada inovasi jamu dalam bentuk latte, atau dalam bentuk coffee, nah semacam ini yang perlu dikembangkan,” jelas Charles.
Sementara itu untuk pelaku UMKM jamu sendiri, Charles berharap pemerintah lebih banyak memberikan pelatihan pengembangan pemasaran ketimbangan produksi.
“Mungkin pemerintah bisa memberikan semacam maklon jadi pengusaha kecil gak perlu lagi memikirkan produksinya karena sudah dibantu pemerintah misalnya apakah melalui KADIN, atau melalui pihak lain, untuk memberikan fasilitas pembuatan jamu mengikuti aturan Kemkes atau Badan POM nya toh, itu lebih mudah. Jadi UMKM diajarkan cara memasarkan jamu lebih banyak daripada membuat industrinya. Kalau di industrinya makin lama makin susah toh karena makin ketat,” tegasnya.
Tantangan terbesar lainnya datang dari persaingan industri jamu di seluruh dunia antara lain China, India, Brazil dan sejumlah negara lainnya. Untuk itu dibutuhkan penguasaan konsep pemasaran yang kuat untuk dapat berhasil mengembangkan produk jamu Indonesia di pasar dunia.
“Jadi kita butuh campur tangan pemerintah untuk fokus membuat aturan yang memudahkan memasarkan produk jamu ke luar negeri bukan lagi soal aturan produksinya,” imbau Charles.
Diakhir perbincangan, Charles berharap pemerintah Indonesia dapat ikut serta mendorong produk jamu tersebut agar lebih dikenal, dibutuhkan dan dirasakan manfaatnya di semua kalangan, karena selama ini menurutnya pengusaha jamu belum mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Dan dirinya juga berharap agar tidak hanya Kementerian Kesehatan yang menaungi produk jamu tersebut, melainkan ada Kementerian lainnya yang turut berperan serta agar produk jamu Indonesia berpotensi menjadi produk komoditas unggulan yang dapat menembus pasar dunia.