Site icon semarangnews.id

Begini Cara EduHouse Menciptakan Generasi Perawat Bumi

Sejumlah anak sedang mencuci sampahSejumlah anak sedang mencuci sampah

Sejumlah anak sedang mencuci sampah hasil plogging dalam kegiatan Berkah untuk Bumi, Semarang 9/5/2025. (Selly).

SEMARANG, semarangnews.id – Meski cuaca cukup panas, namun tak mematahkan semangat puluhan anak-anak dari PKBM EduHouse untuk ikut serta dalam kegiatan ‘Berkah untuk Bumi’, Jumat pagi (9/5/2025), yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan bertajuk ‘Tumbuh Lestari, Belajar Sepenuh Hati’ yang diadakan selama sepekan, mulai 9 hingga 14 Mei mendatang, dalam rangka memperingati Hari Bumi, Hari Pendidikan Nasional, dan Hari Jadi Kota Semarang ke-478.

Sejak pukul delapan pagi, dengan ditemani keluarga, anak-anak diajak melakukan plogging atau jalan santai sambil memungut sampah di sekitaran lingkungan EduHouse, Wonotingal, Candisari, kota Semarang. Sampah-sampah hasil plogging yang terkumpul selanjutnya dipilah dan dicuci. Mulai dari sampah plastik, daun kering hingga sampah organik.

Anak-anak begitu bergembira melakukan aktivitas tersebut meski beberapa dari mereka justru malah asik bermain air dan sampah botol plastik. Sementara itu, sebagian dari mereka dengan serius memperhatikan bagaimana cara membersihkan, memotong dan memberikan cairan eco enzym pada sampah organik yang dilakukan oleh Linggayani, Kepala PKBM EduHouse.

“Jadi pendidikan di EduHouse ini bukan semata-mata pendidikan yang berdasarkan teori saja akan tetapi anak-anak dan keluarga sebetulnya diajak untuk bersama-sama memahami kenapa toh kita harus bersih-bersih,” ujar wanita yang akrab disapa Lingga.

Kepala PKBM EduHouse Linggayani saat menjelaskan kegiatan Berkah untuk Bumi, Semarang 9/5/2025. (Selly).

Menurut Lingga sampah-sampah tersebut nantinya akan diolah sesuai peruntukan.

“Kalau sampah plastik setelah dicuci bersih akan kita salurkan buat Bank Sampah. Kalau daun-daun kering setelah dicuci bersih dan dikeringkan akan digunakan untuk alas kandang ayam yang kita miliki. Kemudian kita juga mengumpulkan sampah organik dari warga yang akan difermentasi dan kita jadikan pakan magot,” imbuhnya.

Lingga berharap aksi kecil yang dilakukan tersebut dapat berdampak besar khususnya bagi anak-anak generasi penerus yang menjadi pewaris bumi ini.

“Sekarang bumi kita ini sedang mengalami krisis, lihat aja cuacanya panas sekali minggu ini rata-rata sampai 41 derajat. Karenanya semoga apa yang dilakukan anak-anak dapat menjadi kebiasaan hingga mereka dewasa kelak untuk terus merawat bumi dan pasti bumi akan menjaga mereka,” pungkasnya.

Lelah dengan sampah, anak-anak selanjutnya diberikan kesempatan beristirahat sambil ‘makan hening’. Ini merupakan kegiatan makan bersama tanpa gangguan alias tanpa banyak bicara dan tanpa gadget, yang bertujuan memberikan pemahaman kepada mereka soal pentingnya mengkonsumsi makanan sehat dan bersyukur atas keberkahan yang diberikan Tuhan. Maka tak heran makanan yang dikonsumsi anak-anak tersebut jauh dari makanan dan minuman instan.

Anak-anak sedang menikmati ‘makan hening’ di PKBM EduHouse, Semarang 9/5/2025. (Selly).

Kegiatan yang sangat bermanfaat ini, tentu saja membawa kesan tersendiri bagi para orang tua, Sari salah satunya, ibu dari tiga anak yang semuanya mengikuti kegiatan tersebut.

“Saya bersyukur banget ya bahwa EduHouse itu selalu memfasilitasi anak-anak untuk belajar merawat bumi. Salah satunya mungkin kalau di tempat luar itu anak-anak melihat sampah itu merasa jijik, tapi hari ini dengan adanya kegiatan Berkah Bumi ini, mereka mengambil sampah, mencuci sampah, dan akhirnya bisa mengelola lagi, itu mungkin hanya sebagian kecil, tapi saya yakin kalau kita semua mau melakukan itu akan sangat merawat bumi,” ungkap Sari.

Di usia yang tergolong masih kecil, ketiga anaknya sudah mampu menerapkan prinsip pengolahan sampah di lingkungan tempat tinggal mereka.

Sari, saat menyampaikan kesannya tentang kegiatan Berkah untuk Bumi di EduHouse, Semarang 9/5/2025. (Selly).

“Jadi kalau di rumah anak-anak sudah bisa memilah sampah, jadi sampah yang buat sayur dia pilah sendiri. Kemudian yang kardus juga sudah disendirikan,” imbuhnya.

Diakhir kegiatan anak-anak disuguhkan dengan story telling yang bercerita soal Keluarga Panik berjudul ‘Banyak Sampah, Banyak Masalah’ yang mengajak anak-anak memahami krisis iklim dengan cara yang relevan dan menyentuh.

Tak ketinggalan dalam kegiatan tersebut panitia juga membuka layanan donasi barang bekas dan jual barang bekas layak pakai seperti pakaian, buku serta sejumlah barang lainnya. Nantinya hasil penjualan dari barang-barang tersebut akan kembali digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan terkait upaya pelestarian lingkungan yang berkelanjutan dan berdampak besar bagi masyarakat sekitar.

Exit mobile version