KAB. SEMARANG, semarangnews.id – Di tengah jalanan berdebu dan suasana perbukitan Desa Branjang yang tenang, langkah-langkah muda mahasiswa Universitas Diponegoro berpadu dengan semangat pengabdian. Hari itu, Tim 106 Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) UNDIP datang bukan hanya membawa semangat akademik, tapi juga tekad untuk berkolaborasi dan menciptakan perubahan bersama masyarakat.
Pertemuan tak biasa terjadi antara para mahasiswa dan sosok inspiratif desa, Mas Janu, pendiri Sigur.id. UMKM berbasis kerajinan tangan dari kayu bekas dan resin ini menjadi titik temu ide, mimpi, dan aksi nyata.
Dari Sisa Kayu, Lahir Harapan Baru
Mas Janu bukanlah pelaku UMKM biasa. Setelah dunia pariwisata yang ia geluti luluh lantak dihantam pandemi 2020, ia pulang kampung dan memulai dari nol. Bermodal tekad dan kreativitas, ia menyulap limbah kayu menjadi produk bernilai seni dan filosofi.
“Waktu itu saya cuma punya keyakinan. Saya percaya, karya yang jujur pasti ada jalannya,” ucapnya sambil tersenyum di depan studionya yang sederhana, Kamis (5/6/2025).
Nama Sigur, yang diambil dari bahasa Norwegia berarti aman dan terjaga, mencerminkan filosofi karyanya: menjaga nilai lokal, menyelamatkan limbah alam, dan menumbuhkan harapan dari reruntuhan.
Kolaborasi yang Tumbuh dari Percakapan
Pertemuan antara Tim KKNT UNDIP dan Sigur.id tak direncanakan dengan muluk-muluk. Semuanya mengalir dari percakapan, pengamatan, dan kebutuhan yang saling melengkapi. Mahasiswa menyadari bahwa meskipun produk Sigur.id sudah kuat secara kualitas dan nilai, namun kehadiran digitalnya masih terbatas.
“Dulu pernah bikin akun khusus buat pesanan, tapi karena semua saya kerjakan sendiri, ya nggak keurus,” ujar Mas Janu. Akun Instagram-nya pun sepi, dan platform online belum optimal.
Digitalisasi dengan Sentuhan Manusia
Melalui pendekatan yang penuh empati, para mahasiswa mulai mengambil langkah kecil namun berdampak:
- Menata ulang tampilan produk di marketplace,
- Membuat deskripsi yang lebih engaging di akun Shopee,
- Mendesain website sederhana untuk meningkatkan profesionalisme digital,
- Mengelola Instagram dengan cerita dan visual yang konsisten,
- Hingga membuat video profil yang mengangkat sisi personal perjalanan Mas Janu.
Semua dilakukan bukan dari atas, melainkan berdampingan. Bukan mendikte, tapi mendengarkan.
Investasi Sosial Jangka Panjang
Tim 106 juga menyusun panduan digital marketing pasca-KKN agar Mas Janu bisa melanjutkan secara mandiri. Mereka mencatat perkembangan pesanan, interaksi media sosial, hingga standar pengemasan produk yang kini mulai lebih konsisten.
Tak hanya berhenti di sana, mereka juga menyiapkan publikasi ilmiah yang merekam proses kolaboratif ini sebagai model pembelajaran berbasis masyarakat.
Lebih dari Sekadar Program, Ini Tentang Perubahan
Dari kolaborasi ini, mahasiswa belajar tentang kepekaan sosial, kesabaran, dan komunikasi lintas budaya. Sementara Mas Janu belajar bahwa digitalisasi bukan sekadar soal teknologi, tapi soal narasi, strategi, dan keberanian mencoba.
Sigur.id menjadi simbol desa yang bergerak. Bukan karena intervensi, tapi karena persimpangan yang menyatukan mimpi dan aksi.
Penulis: Alya Shofhia, mahasiswa Universitas Diponegoro angkatan 2022