SEMARANG, semarangnews.id – Karantina Pertanian Semarang fasilitasi ekspor komoditas pertanian melalui tindakan pemeriksaan fisik dan kesehatan terhadap 250 ton kapas sebelum dikirim ke India yang sering disebut Pasar Negeri Anak Banua, Selasa (13/6/2023).
Kepala Karantina Pertanian Semarang, Turhadi Noerachman menyampaikan bahwa sebelum diekspor, komoditas pertanian tersebut diperiksa dengan teliti dan cermat untuk memastikan bebas organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Hasil pemeriksaan tersebut dinyatakan bersih, sehat dan bebas serangga target serta dilengkapi dengan Phytosanitary Certificate sebagai jaminan persyaratan negara tujuan, India.
“Fasilitasi ekspor dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan negara tujuan, sehingga kami selaku otoritas Karantina Pertanian memastikan kapuk yang akan dikirim aman dan sehat,” jelasnya.
Menurut Turhadi, kapuk diminati pasar global dan peluang ekspornya kian menjanjikan guna mendongkrak percepatan ekspor. India merupakan salah satu pengimpor terbesar kapuk asal Jawa Tengah, dibandingkan negara lain seperti Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Tiongkok, Bangladesh, Burgaria, Italia, Begia, Mauritius, Jerman, dan Inggris.
Berdasarkan data sistem otomasi IQFAST, tercatat ekspor kapuk tujuan India mencapai 1.000 ton atau setara dengan nilai Rp 24 miliar pada tahun 2022. Sedangkan keseluruhan ekspor kapuk dengan tujuan berbagai negara melalui pelabuhan Tanjung Emas mencapai 5 ribu ton atau senilai Rp 60 miliar dan frekuensi pengiriman sebanyak 104 kali. Hingga Mei 2023, diketahui ekspor kapuk ke India mencapai hampir 350 ton atau senilai Rp 6 miliar dengan frekuensi pengiriman sebanyak 40 kali. Sedangkan keseluruhan ekspor kapuk per Mei 2023 mencapai 1,75 ribu ton atau senilai Rp 23 milyar.
Turhadi berharap peluang ekspor kapuk sampai akhir tahun ini semakin melejit untuk memenuhi permintaan pasar. “Pemberdayaan sentra kapuk randu di Jawa Tengah digiatkan kembali sehingga terus bertumbuh potensi ekspornya, dan kami selaku otoritas Karantina Pertanian Semarang terus mengawal petani dan pelaku usaha agar produknya tembus ekspor serta berdaya saing di pasar internasional,” ujar Turhadi.
Lebih lanjut Turhadi mengungkapkan bahwa kapuk lama terlupakan, karena kini banyak pilihan kasur dari busa, bantal, guling dari bahan lain. Akan tetapi masih banyak manfaat lain yang diperoleh seperti industri elektronika, peredam panas dan isolator panas. “Peluang ini perlu dimanfaatkan agar petani berinovasi mengembangkan olahan kapuk menghasilkan produk berkualitas dan dikenalkan ke luar negeri,” pungkas Turhadi.
Sebagai informasi, kapuk randu memiliki nama latin Ceiba pentandra, jika ditemukan sering dibiarkan tidak didayagunakan. Padahal komoditas tersebut berpotensi ekspor, digunakan sebagai bahan baku mebelair, industri kecantikan dan lainnya. Sampai saat ini, keberadaan kapuk masih dibutuhkan masyarakat lokal hingga manca negara.