Turonggo Waseso Hangermboko grup tari asal Temanggung memadukan Jaranan dengan sendratari Rahwono Gugur di Festival Jaranan dan Prajuritan 2024, Kab. Semarang, 24/8/2024. (Selly).
KAB. SEMARANG, semarangnews.id – Masih dalam rangkaian peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-79, sekaligus dalam upaya melestarikan budaya Jawa, Saloka Theme Park menyelenggarakan Festival Jaranan dan Prajuritan, Sabtu (24/8/2024).
Dari 23 kelompok tari jaranan dan prajuritan se-Jawa Tengah, 10 diantaranya berhasil lolos audisi dan tampil sebagai finalis berkompetisi di area panggung jejogedan Saloka Theme Park untuk menjadi yang terbaik.
Seperti yang dilakukan Turonggo Waseso Hangermboko, sanggar tari asal Temanggung. Dengan begitu apik grup ini memadukan tari jaranan dengan sendratari Rahwono Gugur.
“Kita persiapkan dengan semaksimal mungkin, dan penampilan kita sekuat tenaga berikan yang terbaik, pertama bisa menghibur, kedua bisa memotivasi anak muda untuk semakin mengenal dan dekat dengan akar budaya dan bahasa Jawa,” ujar Asmudi salah seorang pembina sanggar Turonggo Waseso Hangermboko.
24 tahun sudah sanggar tari ini eksis melatih seniman-seniman muda khususnya dalam seni tari khas Jawa Tengah.
“Anggota kami di sanggar ada ratusan, tapi yang tampil ini ada 30 orang, dan ini rata-rata anak muda. Namun di dalam budaya Jawa, kita dapat menggiatkan semua umur sesuai dengan karakter yang dimainkan,” jelas Asmudi.
Dan bersama-sama anggota sanggar Turonggo Waseso Hangermboko, Asmudi begitu mengapresiasi Saloka Theme Park karena telah menggelar kegiatan festival Jaranan dan Prajuritan yang dinilai sangat baik dalam upaya melestarikan budaya Jawa.
Tak hanya Turonggo Waseso Hangermboko, sejumlah grup lainnya juga tak mau kalah menyuguhkan penampilan terbaiknya di hadapan para pengunjung Saloka.
Laskar Gondo Arum misalnya, dengan personel yang sebagian besar perempuan, grup tari Jaranan asal Boyolali ini berhasil menghipnotis penonton dengan gerakan dan alunan gamelan yang begitu serasi.
Ditambah di akhir tarian, muncul seekor singa yang menjadi lawan para prajurit srikandi yang akhirnya dimenangkan oleh mereka.
Dan lagi-lagi sebagian besar personel grup ini adalah anak muda, yang dengan begitu antusias mengikuti festival tersebut.
Darmawan Dadijono, dosen tari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yang menjadi salah satu dewan juri mengatakan, banyaknya peserta muda agaknya menepis dugaan bahwa anak muda saat ini banyak yang meninggalkan tradisi maupun budaya peninggalan nenek moyang.
“Sebenarnya sekarang ini anak muda, saya yang akademisi itu di ISI Yogyakarta itu, jurusan setiap tahunnya sudah ada penolakan-penolakan peserta untuk masuk gitu ya, sehingga saya melihat ini sudah mulai berkembang lagi untuk kalangan penari maupun koreografer muda, sehingga kita tidak perlu khawatir,” ujar Darmawan.
Festival Jaranan dan Prajuritan yang diselenggarakan Saloka, menurut Darmawan menjadikan Saloka berbeda dengan taman hiburan lain, karena ada nilai-nilai tradisi yang dimunculkan.
“Konsep dari Saloka Theme Park ini kan sebenarnya ada nilai-nilai tradisi yang ditanamkan tidak sekedar membuat taman bermain atau wahana, tapi ada nilai konsep-konsep tradisi yang dimunculkan di sini,” ungkapnya.
Kali ini, Darmawan bersama dua juri dari Dinas Pariwisata dan praktisi budayawan lokal Jawa Tengah, memberikan penilaian penampilan peserta berdasar beberapa aspek, kreatifitas salah satunya.
“Penilaian yaitu kreatifitas manakala tujuannya memang kita menampilkan tari-tari kreasi, tari-tari tradisi yang ada di Kabupaten Semarang khususnya Jaranan dan Prajuritan yang mana unsur kreatif termasuk pengembangan yang ada di tradisi,” jelas Darmawan.
Pengembangan tersebut, lanjut Darmawan diantaranya meliputi soal gerak, pola ruang, waktu, properti pementasan, dekorasi dan musik.
Maka tak heran, hampir dari keseluruhan penampilan peserta cukup memukau dan berbeda dengan penampilan pada umumnya, dan ini menjadi kepuasan tersendiri bagi pihak penyelenggara, Saloka Theme Park.
“Terus terang kami tidak menduga mendapatkan antusias yang begitu besar, dari saat pendaftaran melalui web, dan dari keseluruhan 23 grup yang mendaftar itu bagus-bagus semua, jadi yang sepuluh hari ini merupakan finalis terbaik yang telah diseleksi dewan juri sebelumnya,” ungkap General Manager Saloka Theme Park, Johannes Harwanto atau yang akrab disapa HW.
Sebagai bentuk apresiasi, manajemen Saloka memberikan kejutan bagi tiga grup peserta terbaik.
“Dari sepuluh ini ada tiga terfavorit, akan kami berikan uang pembinaan dan selain tiga ini tetap akan kami berikan uang pembinaan,” ujar HW.
Suksesnya festival Jaranan dan Prajuritan yang diselenggarakan Saloka, tak lepas dari kerjasama yang baik antara sejumlah pihak diantaranya Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Semarang.
“Ketika Saloka mengadakan festival ini kami dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan juga turut membantu, nah ini ada tiga grup binaan penerima bantuan dari Kabupaten Semarang yang menjadi finalis di festival ini,” ujar Widodo pamong budaya Disdikbud Kabupaten Semarang.
“Kami dari Pemkab Semarang Dinas Pariwisata dan Disdikpora sangat mengapresiasi sekali, ternyata objek wisata Saloka yang semula kami kira high objek wisata tapi masih peduli dengan nguri-uri budaya Jawa,” pungkasnya.