SEMARANG, semarangnews.id – Reaksi Collective bekerjasama dengan Kukuruyuk Collective menggelar aksi bertajuk Merawat Ingatan, di Taman Indonesia Kaya, Sabtu (28/9/2024).
Aksi tersebut digelar dalam rangka memperingati rentetan kejadian di parade ‘September Hitam’ seperti Palagan Tank Genosida Pasca 30 September 1965, peristiwa Tanjung Priok 12 September 1984, peristiwa Semanggi II 23 September 1999, Pembunuhan Munir Said Thalib aktivis (HAM) 7 September 2004 dan pembunuhan Salim Kancil 26 September 2015.
Menurut Ahmad salah seorang panitia aksi, pelanggaran HAM jangan sampai terabaikan dalam ingatan.
”September mengajak kita untuk terus memperjuangkan hak asasi manusia dan bukan hanya September saja tetapi kita harus ingat bahwa setiap saat ada pelanggaran dan kekerasan terjadi dimana mana,” ujarnya.
Di seluruh negeri, diskusi diselenggarakan untuk menghormati korban dan mengingat dampaknya terhadap kehidupan politik dan sosial.
Sejarah ini dirasa masih menyakitkan dan menimbulkan kontroversi, tapi aktivis mahasiswa terus mendorong rekonsiliasi, kebenaran, dan keadilan bagi korban yang tak terlupakan.
Melalui puisi perlawanan, teatrikal, performance art dan juga diadakan lapak baca untuk meningkatkan literasi. Diharapkan agar refleksi ini memperkuat demokrasi dan mencegah pelanggaran HAM di masa depan.
Kawan aksi mengungkapkan pentingnya merawat ingatan terhadap pelanggaran HAM, sambil menekankan pentingnya keadilan dalam sejarah. Pemerintah didorong untuk lebih terbuka dalam mengakui sejarah demi penyembuhan kolektif dan pendidikan generasi muda.
“Sejarah mengajarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik. Pelanggar hak asasi manusia harus diadili, bukan hanya mimpi di dinding kantor pemerintah. Janji manis tanpa keadilan hanyalah omong kosong,” pungkasnya.