SEMARANG, semarangnews.id – Tokoh budaya sekaligus dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabar Narimo memberikan sebilah keris kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Keris dengan Luk 9 itu diberikan sebagai penghargaan atas gaya kepemimpinan Ganjar yang ‘Njawani’.
Hal itu diungkapkan Sabar usai bertemu dan memberikan keris kepada Ganjar di ruang kerjanya, Senin (13/12). Sabar mengatakan, dalam memimpin Jawa Tengah Ganjar mempunyai gaya yang kental dengan masyarakat Jawa.
“Baik dari cara kedekatannya dengan masyarakat cara bicaranya kemudian cara berpakaianya dan macam-macam,” kata Sabar.
Oleh karena itu, Sabar mewakili rekan-rekannya di ‘Sanggar Pasinaon Basa Jawi Sabar Narimo’ menganugerahkan keris Jawa tersebut kepada Ganjar. Menurut Sabar, keris tersebut dibuat sekitar tahun 1480-an
Lebih lanjut, Sabar mengatakan, keris Jawa itu memiliki Luk 9. Tangguhnya “tuban” dan pamornya “wengkon isen” yang maknanya adalah winengku atau dalam perlindungan. Sedangkan “isen” berarti memiliki daya kekuatan yang tinggi.
“Maksudnya adalah pak Ganjar selaku gubernur Jawa Tengah mendapatkan sebuah perlindungan, itu yang kira-kira kemudian disampaikan,” ujar Sabar.
Sabar kepada Ganjar juga menjelaskan, filosofi sarung keris berwarna putih melambangkan kesucian dan kesederhanaan Ganjar dalam memimpin Jawa Tengah.
Gubernur Ganjar Pranowo saat menerima keris tersebut, menyampaikan rasa terimakasihnya kepada Sabar Narimo. Tak hanya itu, Ganjar mengapresiasi semangat Sabar dalam melestarikan budaya Jawa di sanggarnya.
Hal itu sesuai dengan Ganjar yang pernah mengupayakan agar penggunaan bahasa Jawa diterapkan setiap hari kamis di lingkungan Pemprov Jateng.
“Jadi kita bisa menunjukkan kepada publik, lho ngene iki lho awake dewe ki sugih buanget (Ini lho kita punya budaya yang sangat kaya) dan masih ada. Jadi tidak hanya diomongkan tapi juga dikembangkan,” ujar Ganjar.
Di akhir pertemuan, Ganjar dengan hati-hati menjelaskan kepada Sabar bahwa pemberian tersebut harus dikonsultasikannya terlebih dulu. Sebab, pemberian keris tersebut bisa diartikan sebagai gratifikasi.
“Nuwunsewu nanti saya harus konsultasi dulu, lha misalnya ini tidak boleh maka saya akan serahkan ke panjenengan untuk dijaga,” tandasnya.