SEMARANG, semarangnews.id – Sebagai bentuk kepeduliaan terhadap korban konflik di Gaza Palestina, siswa dan guru SMPN 22 Gunung Pati kota Semarang, Rabu (22/11/2023), berhasil mengumpulkan uang donasi sebesar Rp. 7.340.000,- yang akan disalurkan melalui organisasi kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) yang saat ini aktif menangani korban konflik Israel-Hamas di Gaza.
Selain menyalurkan uang donasi, para siswa dan guru juga memanjatkan doa bersama untuk keselamatan dan perdamaian di Palestina khususnya Gaza. Tidak hanya itu aksi teatrikal dan pembacaan puisi bertema Palestina juga dibawakan sejumlah siswa, yang dikemas bersamaan dalam rangkaian kegiatan bulan bahasa yang jatuh pada bulan November, bertema ‘Adibasa Adiwangsa’.
“Hari ini kita memperingati bulan bahasa dengan tema Adibasa Adiwangsa, artinya supaya anak-anak kita lebih memahami dan mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa,” ujar Kepala Sekolah SMPN 22, Rini Rusmiasih.
Dan untuk mengasah kepedulian anak, lanjut Rini, pihak sekolah mengadakan donasi untuk Palestina.
“Alhamdullilah dari partisipasi anak-anak, bapak ibu guru dan seluruh warga sekolah kami mendapatkan dana sejumlah Rp. 7.340.000,- yang akan kami kirimkan langsung via transfer ke MER-C,” imbuhnya.
Ilmira, Ketua OSIS yang membacakan puisi ‘Palestina Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu’ karya Taufik Ismail, menarik perhatian para siswa dan guru hingga terpaku. Terlebih dengan lantunan kata dan kalimat yang dibawakan dari puisi karya penyair besar Indonesia tersebut.
Dan seusai membaca puisi ia menyampaikan jika dirinya sangat sedih melihat kondisi anak-anak yang menjadi korban konflik di Gaza.
“Kami disini merasa sedih, karena anak-anak seusia kami di Gaza tidak bisa belajar dengan nyaman, bermain, dan mereka pasti tidak tenang, karena berpisah dengan keluarganya,” ungkapnya.
Bagi Ilmira dan teman-temannya di SMPN 22, kesedihan bukan jalan keluar untuk membantu korban konflik Israel-Hamas, namun bagi mereka donasi yang baru saja dilakukan, serta iringan doa kepada Tuhan, diyakini akan memberikan jalan keluar terbaik bagi warga Palestina yang terjebak di Gaza.
“Kami disini terus berdoa untuk saudara-saudara muslim kita di Palestina, dan semoga perang cepat berakhir dan kembali damai seperti semula,” ujar Ilmira.
Aksi teatrikal tentang penderitaan korban perang juga tak kalah mencuri perhatian. Seorang pemuda yang terkena ledakan, segera mendapatkan pertolongan tenaga medis. Dengan sigap tenaga medis yang diperankan oleh siswi dari palang merah remaja tersebut, membalut tangan dengan perban dan memasang penyangga kaki yang seolah patah akibat dahsyatnya bom Israel.
Konflik yang terjadi antara Israel dan Hamas di Gaza hingga saat ini telah menewaskan sekitar 13.300 warga Palestina, sekitar 5000 diantaranya adalah anak-anak. Sementara, dipihak Israel sekitar 1200 warga tewas dalam konflik tersebut.
Keseruan Lomba Bulan Bahasa
Usai penyerahan donasi, doa, puisi dan teatrikal untuk Palestina, kegiatan dilanjutkan dengan beberapa lomba dalam rangka memperingati bulan bahasa, antara lain lomba pidato dua bahasa (Indonesia-Inggris), lomba mendongeng dengan bahasa Jawa, lomba duta baca Sperolly, dan lomba estafet literasi.
Untuk lomba pidato dua bahasa (Indonesia-Inggris) yang dilakukan di aula, tampak para siswa pendukung begitu antusias memberikan semangat kepada siswa yang dijagokan. Ada diantara peserta yang semakin percaya diri namun tak sedikit pula yang jadi gugup.
“Lalu bagaimana sih peran remaja untuk membantu mewujudkan Indonesia Emas 2045? Kita dapat memulai dari meningkatkan budaya literasi, belajar bernalar kritis, mengemukakan pendapat dan menganalisa hal baru, juga menerapkan kurikulum merdeka pada kehidupan sehari-hari,” kata Keiza Anindya salah seorang peserta, saat menyampaikan pidatonya.
Menurut Keiza, tema Indonesia Emas 2045 jadi materi yang bagus untuk pidatonya, karena ia ingin mengedukasi teman-teman remaja lainnya untuk ikut membantu pemerintah mewujudkan Indonesia maju di 2045 mendatang.
“Yang akan memanen hasil dari Indonesia Emas 2045 itu kan kita ya sebagai generasi muda bukan generasi tua, jadi itu salah satu motivasi saya,” ungkap Keiza yang saat ini duduk di kelas 8.
Berbeda dengan Keiza, siswa yang satu ini mengangkat tema ‘Mental Health’ dalam pidatonya. Tujuannya tentu saja ingin membentuk karakter siswa yang kuat dari sisi psikologi.
“Mental health memang kurang terlihat secara nyata namun ini sama pentingnya dengan phsycal health,” begitu yang disampaikan Putra, siswa kelas 7 dalam pidatonya.
Di lapangan basket, sorak-sorai siswa terdengar sangat seru saat menyaksikan teman mereka membacakan buku novel, dongeng atau cerpen secara berpasangan. Ya, ini adalah lomba duta baca berpasangan. Dalam lomba ini tiap pasangan siswa-siswi akan dinilai oleh juri bagaimana kecakapan dalam menyampaikan isi buku yang jadi bahan rekomendasi bacaan bagi siswa lain.
Yang tak kalah menarik, juri juga akan menilai busana yang dikenakan pasangan peserta lomba duta baca ini. Mereka diwajibkan menggunakan busana khas sesuai dengan buku yang dibacakan, mulai dari busana daerah, busana ala eksekutif muda, dan beberapa gaya busana lainnya.
Ini tentu saja sedikit membuat repot para peserta, karena mereka harus berpikir double.
“Kesulitannya tadi aku agak lupa di bagian akhir cerita, soalnya tadi juga udah ribet dengan gaya peragaan busananya saat awal masuk,” ujar Hanifah Atha siswa kelas 9 yang membawakan rekomendasi novel ‘Catatan Juan’ karya Fiersa Besari.
Namun demikian, secara keseluruhan rangkaian kegiatan peringatan bulan bahasa berlangsung sukses dan lancar. Dan diharapkan kegiatan serupa akan terus dilakukan agar dapat menjadi nilai tambah bagi seluruh siswa SMP Negeri 22.
Childs of Palestine need love but not war,,,,
Sperolly best of best…👍👍👍
Bulan bahasa Bulan prestasi
Maju Sperolly
Semangat Keiza Anindyafitri😍