SEMARANG, semarangnews.id – Ramadan menjadi momen setiap umat muslim mendapatkan keberkahan dan pahala, tak terkecuali para siswa dan guru di SMP Negeri 27 Banyumanik kota Semarang.
Di bulan Ramadan 1445 Hijriah ini, mereka berkompetisi memberikan amalan terbaik, diantaranya dengan meningkatkan ibadah dan menjalin toleransi antar umat beragama lain, utamanya di sepuluh hari terakhir Ramadan.
Beberapa waktu lalu seluruh siswa muslim dari kelas 7 hingga 9, bersama para pengajar menggelar kegiatan Ramadan antara lain pesantren kilat, peringatan Nuzulul Qur’an, pembagian zakat fitrah dan diakhiri dengan Khotmil Qur’an, Jumat (5/4/2024).
“Anak-anak kelas 7 sampai 9 di Ramadan ini semuanya mengikuti pesantren kilat selama 3 hari 25 sampai 27 Maret yang diakhiri dengan peringatan Nuzulul Qur’an dan pembagian zakat di 3 April kemarin,” ujar Wakil Kepala SMPN 27, Enis Dwi Surjaweni.
Wakil Kepala SMPN 27, Enis Dwi Surjaweni saat menjelaskan terkait peningkatan toleransi beragama, Semarang 5/4/2024. (Selly).
”Untuk hari ini karena Ramadan terakhir ditutup dengan Khotmil Qur’an, jadi semua bapak ibu guru, semua siswa ikuti Khotmil Qur’an,” imbuhnya.
Di sisi lain, secara bersamaan, pemeluk agama lainnya seperti Kristen, Katolik dan Hindu juga melakukan kegiatan ibadah dengan khusyuk tanpa merasa terganggu.
“Di sekolah kami semua sama. Jadi ada kegiatan Katolik, Kristen, dan Hindu ada pembimbingnya masing-masing namun di ruangan yang berbeda,” ungkap Enis.
Meski berbeda keyakinan, tak jadi penghalang bagi para siswa untuk saling membantu dan bekerjasama dalam kegiatan keagamaan utamanya di momen Ramadan ini.
”Dari OSIS sendiri biasanya saya langsung membagi tugas, disamping acara Qotmil Qur’an ini, ada acara kerohanian lainnya. Jadi saya minta tolong ke anggota untuk membantu acara tersebut dan sebaliknya, jadi gak ada pembeda semua sama, gak pantes juga kalau kita membeda-bedakan gitu,” ujar Tatiana Ketua OSIS SMPN 27.
Samuel siswa kelas 9, pemeluk agama Kristen, juga mengungkapkan hal serupa.
“Kami biasanya non muslim ada persekutuan, puji-pujian lalu berdoa, jadi kegiatan kali ini bukan karena terpaksa juga,” ungkapnya.
Begitu pula dengan Cantika pemeluk Katolik yang duduk di kelas 8. Ia tak pernah merasa terganggu dengan kegiatan ibadah yang kerap dilakukan bersamaan. Baginya tiap manusia memiliki tanggungjawab masing-masing terhadap sang pencipta.
Dan bagi Sofia Gema siswi kelas 7 yang memeluk agama Hindu, persahabatan tak memiliki batasan agama, masing-masing saling menghargai terlebih soal urusan ibadah.
“Biasanya kami berdoa, lalu baca-baca kitab, sambil menunggu teman muslim selesai ibadah. Ya intinya jangan pilih-pilih teman dan jangan memandang agama jadi perbedaan,” pungkasnya.
Sementara itu, Plt Kepala SMPN 27 Rini Rusmiasih berharap, kebersamaan dan toleransi beragama senantiasa tertanam di masing-masing siswa.
“Kita selalu melatih anak-anak untuk karakter toleransi khususnya di bulan Ramadan ini serta saling menghormati,” tutupnya.
Alhamdulillah… subhanallah… terima kasih atas kerjasama nya