SEMARANG, semarangnews.id – Memperingati hari buruh internasional yang jatuh pada 1 Mei 2024 lalu, Komunitas Transformasi Kota (KOTTA) menggelar dialog sosial ketenagakerjaan yang dihadiri langsung oleh Sekda kota Semarang, Iswar Aminuddin, Jumat (3/5/2024).
Turut pula hadir sebagai pembicara antara lain, Suhartoyo Dosen Hukum Administrasi Negara UNDIP, Ketua KSPN (Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara) Heru Budi Utoyo, dan Sumartono Ketua Konsulat Cabang FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal).
Dalam acara tersebut Iswar Aminuddin menyampaikan jika buruh di kota Semarang khususnya, harus sejahtera dan ini yang menjadi perhatian utama Pemkot saat ini.
“Saya kira semua unsur yang ada di kota Semarang itu harus bahagia sejahtera, karena bagaimanapun buruh merupakan bagian dari warga masyarakat kota Semarang,” ujar Iswar.
“Ini jelas menjadi perhatian kita, bagaimana mengkomunikasikan antar semua kepentingan baik buruh, pengusaha, dan lain sebagainya, kemudian mencari sebuah titik temu,” imbuhnya.
Menurut Iswar, pemerintah juga berkewajiban menghitung dan mencari jalan keluar tentang akses pendidikan yang murah, kesehatan yang memadai dan transportasi yang terjangkau bagi buruh.
“Nanti akan ketemu kebutuhan sehari-hari mereka soal pendidikan, kesehatan, makan sehari-hari, transportasi, tinggal dihubungkan nanti berapa nilai yang mereka bawa pulang, tapi harus bertemu bersama buruh, pemerintah dan pengusaha,” pungkasnya.
Di sisi lain Heru Budi mengatakan, jika pemerintah saat ini masih belum bisa memberikan keberpihakan yang berimbang bagi buruh, terlebih soal regulasi.
“Permasalahan terbesar saat ini sebenarnya terkait regulasi atau kebijakan pemerintah yang disitu tidak berpihak kepada pekerja buruh. Artinya prosentasenya lebih tidak baik,” ungkapnya.
Heru mencontohkan UU Cipta Kerja saat ini misalnya, memiliki isi yang tidak lebih baik dari UU sebelumnya.
“Mulai dari tahun 2020 hingga sekarang, yang melalui proses berubah-berubah bahkan yang terakhir ini dengan adanya UU No. 6 itu, kaitannya dengan Perpu No. 2 yang disahkan menjadi UU. Nah isinya tidak jauh berbeda dengan UU yang sebelumnya yang pernah kita tolak,” jelas Heru.
Bagi Heru kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut diduga lahir bukan untuk mensejahterakan masyarakat melainkan ada kepentingan lain.
“Kami menduga lebih pada kepentingan politik yaitu kepentingan para pengusaha dan penguasa,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Suhartoyo, Dosen Hukum Administrasi Negara UNDIP. Ia menyebut sisi regulasi UU yang ada masih condong berpihak kepada pengusaha.
“Kenapa hal ini terjadi, mungkin karena bergaining position dari pengusaha dengan pemerintah itu lebih tinggi ketimbang buruh,” ujarnya.
Suhartoyo menyarankan kepada serikat pekerja yang ada, untuk ikut berpartisipasi menjadi anggota legislatif DPR, sehingga bisa ikut serta menyusun UU ketenagakerjaan yang berimbang dan saling menguntungkan.
Namun demikian apapun upaya yang dilakukan, semangat untuk memperjuangkan hak-hak tenaga kerja maupun buruh harus tetap berjalan.
“Lebih memberikan semangat lagi untuk kita berjuang bersama, untuk memperbaiki sistem ketenagakerjaan khususnya di kota Semarang,” ungkap Sumartono Ketua Konsulat Cabang FSPMI.
Sementara itu, Vivi Sri Wahyuni Direktur Eksekutif KOTTA mengatakan jika dialog tersebut merupakan cara menyatukan suara buruh se-kota Semarang.
“Ya sepertinya dialog yang kita buat malam ini, baru pertama kali di Semarang, untuk mengumpulkan teman-teman buruh kemudian menyampaikan idenya dalam suasana kebersamaan kaya gini,” ungkap Vivin.
Meski dirasa belum sepenuhnya efektif namun ia yakin dengan cara dialog semacam ini, setidaknya bisa mengetuk semua pihak untuk lebih memberikan perhatian nyata terhadap persoalan ketenagakerjaan.
“Sebenarnya ini kurang efektif ya, makanya di awal kita sampaikan ke pengurus organisasi serikat yang ikut malam ini, apabila ada ide-ide yang belum tersalurkan, mereka bisa tulis dan kita buatkan blueprint untuk kita bantu ajukan ke Pemkot Semarang,” ujar Vivin.
Di akhir Vivin berharap, dengan permasalahan yang sangat kompleks ini, masing-masing organisasi serikat dapat bersatu menyamakan tujuan untuk mempermudah langkah yang akan diambil selanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut tak kurang dari seratus anggota dari sejumlah organisasi serikat pekerja antara lain FSPMI, KSPSI, KSPN, SPIP, KSKEP, dan mahasiswa dari kota Semarang ikut hadir dalam dialog yang digelar di Warmintree Krobokan Semarang Barat.